Minggu, 04 Agustus 2013

Sikap dan Etika Beragama

SIKAP DAN ETIKA DALAM BERAGAMA

SIKAP DAN ETIKA BERAGAMA

SIKAP & ETIKA
Menurut kamus besar bahasa Indonesia;
  1. sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan kepada pendirian (keyakinan)
  2. etika berasal dari kata etik yang mempunyai dua pengertian;
  3. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
  4. Nilai mengenai benar dan salah yang dianur suatu golongan atau masyarakat.
  5. etika itu sendiri mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik dan buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)

SIKAP DAN ETIKA BERAGAMA
Kebebasan Beragama adalah HAM
Perbedaan adalah “REALITAS
Pluralitas atau Pluralisme
Konsep Islam Menyikapi “Perbedaan
Kerukunan Hidup dan Dialog
Antar Umat Beragama


KEBEBASAN BERAGAMA ADALAH HAM
Hak kebebasan beragama bersifat mutlak yang merupakan wujud dari ‘inner freedom’ (‘freedom to be’) termasuk hak asasi manusia yang paling inti, oleh karena itu bersifat non-derogable [hak-hak yang tidak dapat ditangguhkan atau dibatasi atau dikurangi pemenuhannya oleh siapapun termasuk negara, meskipun dalam kondisi darurat sekalipun], dan harus dihormati oleh siapapaun termasuk negara dalam keadaan apapun dan kapanpun (Conde, 1999: 96/ MM. Billah)

PERBEDAAN ADALAH “REALITAS
Adalah suatu hal yang aksioma bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural, beraneka ragam suku, bahasa, dan juga agama. Perberbedaan itu hendaknya dibarengi dengan semangat tetap menghargai perbedaan identitas masing-masing dan menghindari penyeragaman

PLURALITAS
-  Pluralitas adalah sebuah pengakuan adanya keberagaman dalam kehidupan ini, termasuk keberagaman keyakinan dan cara beribadah.
-  Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan

-  Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.


KONSEP ISLAM MENYIKAPI “PERBEDAAN
1)      Islam mengakui eksistensi agama lain, dan memberinya hak hidup berdampingan (QS. Al Kafirun ayat 6)
2)      Larangan memaksakan suatu agama kepada orang lain (QS. Al Baqoroh 256)
3)      Larangan yang mencerca orang yang menyembah selain Allah (QS.  Al An’am 108)
4)      Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan yang dianggapnya benar dengan segala konsekwensinya. (QS. Al Nahl 93)
5)      Islam tidak melarang umatnya untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada pemeluk agama lain (QS. Al Mumtahinah; 8)

DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA
Mukti Ali menjelaskan bahwa ada beberapa pemikiran diajukan orang untuk mencapai kerukunan dalam kehidupan beragama. Diantaranya;
Pertama, sinkretisme,
bahwa semua agama adalah sama.
Kedua, reconception,
menyelami dan meninjau kembali agama sendiri dalam konfrontasi dengan agama-agama lain.
Ketiga, sintesis,
menciptakan suatu agama baru yang elemen elemennya diambilkan dari pelbagai agama
Keempat, penggantian,
mengakui bahwa agamanya sendiri itulah yang benar, sedang agama-agama lain adalah salah; dan berusaha supaya orang-orang yang lain agama masuk dalam
agamanya.
Kelima, agree in disagreement
setuju dalam perbedaan

DIALOG & TANTANGAN UMAT BERAGAMA
Dialog adalah upaya untuk menjembatani bagaimana benturan bisa dieliminir. Selanjutnya, suatu dialog akan dapat mencapai hasil yang diharapkan apabila, paling tidak, memenuhi hal-hal berikut ini;

SYARAT DIALOG
  • Pertama, adanya keterbukaan atau transparansi.
  • Kedua adalah menyadari adanya perbedaan.
  • Ketiga adalah sikap kritis, yakni kritis terhadap sikap eksklusif dan segala kecenderungan untuk meremehkan dan mendiskreditkan orang lain.
  • Keempat adalah adanya persamaan
  • Kelima, adalah ada kemauan untuk memahami kepercayaan, ritus, dan simbol agama dalam rangka untuk memahami orang lain secara benar.
KENDALA DIALOG
1)      Kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang agama-agama lain secara benar dan seimbang, akibatnya kurang penghargaan dan muncul sikap saling curiga yang berlainan.
2)      Faktor-faktor sosial politik dan trauma akan konflik-konflik dalam sejarah, misalnya Perang Salib atau konflik antar agama yang pernah terjadi di suatu daerah tertentu.
3)      Munculnya sekte-sekte keagamaan yang tidak ada sikap kompromistik dengan memakai ukuran kebenaran hitam-putih.
4)      Kesenjangan sosial ekonomi, terkurung dalam ras, etnis dan golongan tertentu.
5)      Masih adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan kepada orang lain.
6)      Penafsiran tentang misi atau dakwah yang konfrontatif.
7)      Ketegangan politik yang melibatkan kelompok agama.

Kamis, 27 Juni 2013

Definisi Pluralisme

Pluralisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme (=paham) yang berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham, Untuk itu kata ini termasuk kata yang ambigu.

Pluralisme Sosial

Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.
Pluralisme dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi.
Dalam sebuah masyarakat otoriter atau oligarkis, ada konsentrasi kekuasaan politik dan keputusan dibuat oleh hanya sedikit anggota. Sebaliknya, dalam masyarakat pluralistis, kekuasaan dan penentuan keputusan (dan kemilikan kekuasaan) lebih tersebar.
Dipercayai bahwa hal ini menghasilkan partisipasi yang lebih tersebar luas dan menghasilkan partisipasi yang lebih luas dan komitmen dari anggota masyarakat, dan oleh karena itu hasil yang lebih baik. Contoh kelompok-kelompok dan situasi-situasi di mana pluralisme adalah penting ialah: perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi, perhimpunan ilmiah.

Pluralisme Ilmu Pengetahuan

Bisa diargumentasikan bahwa sifat pluralisme proses ilmiah adalah faktor utama dalam pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan. Pada gilirannya, pertumbuhan pengetahuan dapat dikatakan menyebabkan kesejahteraan manusiawi bertambah, karena, misalnya, lebih besar kinerja dan pertumbuhan ekonomi dan lebih baiklah teknologi kedokteran.
Pluralisme juga menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universalnya masing-masing.

Pluralisme Agama

Pluralisme Agama (Religious  Pluralism) adalah istilah khusus dalam kajian agama­-agama. Sebagai ‘terminologi  khusus’, istilah ini tidak dapat dimaknai sembarangan, misalnya disamakan dengan makna istilah ‘toleransi’, ‘saling menghormati’ (mutual  respect), dan sebagainya. Sebagai satu paham (isme), yang membahas cara pandang terhadap  agama-agama yang ada, istilah ‘Pluralisme Agama’ telah menjadi pembahasan panjang di kalangan para ilmuwan dalam studi agama­ agama (religious studies).

Pandangan Kristen

Paus  Yohannes  Paulus  II,  tahun  2000,  mengeluarkan  Dekrit Dominus  Jesus[1]’ Penjelasan ini, selain menolak paham Pluralisme Agama, juga menegaskan kembali  bahwa Yesus Kristus adalah satu­-satunya pengantara keselamatan Ilahi dan tidak ada orang yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus.
Pluralisme Agama berkembang pesat dalam masyarakat Kristen-­barat disebabkan setidaknya oleh tiga hal: yaitu
  1.  Trauma sejarah kekuasaan Gereja di Abad Pertengahan dan konflik Katolik­-Protestan, 
  2. Problema teologis Kristen, dan
  3.  Problema Teks Alkitab
Dalam tradisi Kristen, dikenal ada tiga cara pendekatan atau cara pandang teologis terhadap  agama lain.
  • eksklusivisme, yang memandang hanya orang-orang yang mendengar dan menerima Alkitab yang akan diselamatkan. Di luar itu, ia tidak selamat. 
  • inklusivisme,  yang berpandangan, meskipun  Kristen  merupakan agama  yang  benar,  tetapi  keselamatan  juga  mungkin  terdapat  pada  agama  lain. 
  • pluralisme, yang memandang semua agama adalah jalan yang sama-sama sah menuju inti dari realitas agama. Dalam pandangan Pluralisme Agama, tidak ada agama yang dipandang lebih superior dari agama lainnya. Semuanya dianggap sebagai jalan yang sama­-sama sah menuju Tuhan. [2]

Pandangan Islam

Pada tanggal 28 Juli 2005, MUI menerbitkan fatwa yang melarang pluralisme. Dalam fatwa tersebut, pluralisme agama,sebagai obyek persoalan yang ditanggapi, didefinisikan sebagai:
"Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".
Dengan demikian, MUI menyatakan bahwa Pluralisme dalam konteks yang tertera tersebut bertentangan dengan ajaran Agama Islam [3].
Dengan adanya definisi pluralisme yang berbeda tersebut, timbul polemik panjang mengenai pluralisme di Indonesia.

Pandangan Hindu

Setiap kali orang Hindu mendukung Universalisme Radikal, dan secara bombastik memproklamasikan bahwa “semua agama adalah sama”, dia melakukan itu atas kerugian besar dari agama Hindu yang dia katakan dia cintai. (Dr. Frank Gaetano Morales, cendekiawan Hindu).

Selasa, 25 Juni 2013

Pengertian Lurah dan Kepala Desa

Kepala desa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kepala Desa adalah pemimpin dari desa di Indonesia. Kepala Desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Camat, namun hanya dikoordinasikan saja oleh Camat. Jabatan Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya wali nagari (Sumatera Barat), pambakal (Kalimantan Selatan), hukum tua (Sulawesi Utara), perbekel (Bali).
Wewenang Kepala Desa antara lain:
Kepala Desa dilarang menjadi pengurus partai politik (namun boleh menjadi anggota partai politik), merangkap jabatan sebagai Ketua atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan, merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD, terlibat dalam kampanye Pemilihan Umum, Pemilihan Presiden, dan Pemilihan Kepala Daerah.
Kepala Desa dapat diberhentikan atas usul Pimpinan BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat, berdasarkan keputusan musyawarah BPD.
Istilah Lurah seringkali rancu dengan jabatan Kepala Desa. Memang, di Jawa pada umumnya, secara historis pemimpin dari sebuah desa dikenal dengan istilah Lurah. Namun dalam konteks Pemerintahan Indonesia, sebuah Kelurahan dipimpin oleh Lurah, sedang desa dipimpin oleh Kepala Desa. Tentu saja keduanya berbeda, karena Lurah adalah Pegawai Negeri Sipil yang bertanggung jawab kepada Camat; sedang Kepala Desa bisa dijabat siapa saja yang memenuhi syarat (bisa berbeda-beda antar desa) yang dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).

Jumat, 30 November 2012

TAN MALAKA

Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatra Barat, 2 Juni 1897 - wafat Jawa Timur, 21 Februari 1949) adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpin komunis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris.
Dia kukuh mengkritik terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan komunis, ia juga sering terlibat konflik dengan kepemimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan komunis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai "Pahlawan revolusi nasional" melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963.
Tan Malaka juga seorang pendiri partai Murba, berasal dari Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat.
Tokoh ini juga adalah orang yang mendalangi terjadinya pergolakan sosial di wilayah Surakarta setelah pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang berakibat hilangnya status Daerah Istimewa bagi bekas wilayah Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunagaran.
sumber: wikipedia

Internasionale
Bangunlah kaum jang terhina,
Bangunlah kaum jang lapar.
Kehendak jang mulja dalam dunia
Senantiasa tambah besar.
Lenjapkan adat dan faham tua
Kita Rakjat sedar-sedar.
Dunia sudah berganti rupa
Untuk kemenangan kita.
Perdjuangan penghabisan,
Kumpullah berlawan.
Dan Internasionale
Pastilah didunia.
Penerjemah: Ki Hadjar Dewantara

Sabtu, 03 November 2012

TUHAN

Tuhan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kata Tuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai:
  • [n] (=kata benda)
    • (1) sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dan sebagainya: -- Yang Maha Esa;
    • (2) sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan: pada orang-orang tertentu uanglah sebagai -- nya[1]
Dalam Alkitab bahasa Indonesia, kata "TUHAN" (ditulis dengan smallcaps) digunakan untuk menterjemahkan kata "Tetragrammaton YHWH', yaitu nama kudus Allah menurut Alkitab Ibrani, dalam bagian Perjanjian Lama. Di bagian Perjanjian Baru, kata "Tuhan" merupakan terjemahan kata bahasa Yunani: κύριος (kýrios atau kurios), yang berkonotasi "pemilik" (termasuk pemilik budak), "majikan" atau panggilan hormat "tuan".
Sebenarnya berasal dari kata "tuan" yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai:
  • tu.an [n]
    • (1) orang tempat mengabdi, sebagai lawan kata hamba, abdi, budak: anjing itu sangat setia kepada -- nya;
    • (2) orang yang memberi pekerjaan; majikan; kepala (perusahaan dan sebagainya); pemilik atau yg empunya (toko dan sebagainya): hari ini -- saya tidak ada di kantor;
    • (3) orang laki-laki (yang patut dihormati): ada seorang -- datang kemari; sepeda -- , sepeda untuk orang laki-laki;
    • (4) sebutan kepada orang laki-laki bangsa asing atau sebutan kepada orang laki-laki yg patut dihormati: -- haji; -- sayid;
    • (5) sebutan bagi wanita bangsawan (putri raja dan sebagainya): -- putri
Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kedua kata ini adalah adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ. Keterangannya di situ, Tuhan, “arti kata ‘Tuhan’ ada hubungannya dengan kata Melayu ‘tuan’ yang berarti atasan/penguasa/pemilik.”[2] Ahli bahasa Remy Sylado menemukan bahwa perubahan kata "tuan" yang tuan sifatnya insani, menjadi "Tuhan" yang sifatnya ilahi itu bermula dari terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu karya Melchior Leijdecker yang terbit pada tahun 1733.[3] Dalam terjemahan sebelumnya, yaitu Kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan yang diperuntukkan bagi Isa Almasih ini diterjemahkannya menjadi "tuan".[3] Jelas, yang tadinya oleh Brouwerius diterjemahkan "Tuan" - sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda Heere - melalui Leijdecker berubah menjadi "Tuhan" dan kemudian, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang mula-mula ditemukan Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani & ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.[3]
Dengan demikian, kata "Tuhan" ini umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan.
Banyak tafsir daripada nama "Tuhan" yang bertentangan satu sama lain. Meskipun kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi definisinya berbeda-beda. Istilah "Tuan" banyak mempunyai kedekatan makna dengan kata Tuhan, dimana Tuhan juga merupakan majikan atau juragannya alam semesta. Tuhan punya hamba sedangkan Tuan punya sahaya atau budak.
Kata Tuhan disebutkan lebih dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an,[4] sementara di dalam Alkitab kata Tuhan disebutkan sebanyak 7677 kali.[5]

Jumat, 02 November 2012

Filsafat

Pengertian Filsafat.
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di dalamnya etika).

Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan demikian pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat berpengaruh dalam aktifitas pendidikan seperti manajemen pendidikan, perencanaan pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh tersebut, maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen pendidikan.
KORELASI TEORI FILSAFAT DENGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
(Positivisme, Interpretivisme, Teori Kritis, Postmodernisme dan Prophetivisme)

Aliran Positivisme dan Sejarahnya
Aguste Comte dilahirkan pada tahun 1798 di kota Monpellir Perancis Selatan, ayah dan ibunya menjadi pegawai kerajaan dan merupakan penganut Agama Katolik yang cukup tekun. Ia menikah dengan seorang pelacur bernama Caroline Massin yang kemudian dia menyesali perkawinan itu. Dia pernah mengatakan bahwa perkawinan itu adalah satu-satunya kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dari kecil pemikiran-pemikiran Comte sudah mulai kelihatan, kemudian setelah ia menyelesaikan sekolahnya jurusan politeknik di Paris 1814-1816, dia diangkat menjadi sekretaris oleh Saint Simon yaitu seorang pemikir yang dalam merespon dampak negatif reinaisance menolak untuk kembali pada abad pertengahan akan tetapi harus direspon dengan menggunakan basis intelektual baru, yaitu dengan brfikir empirik dalam mengkaji persoalan-persoalan realitas sosial.

Dalam membangun teori sosiologi Comte lebih memilih unit analisa makro (obyektif) dan bukan individu, dalam hal ini entits yang lebih besar seperti keluarga, struktur sosial dan perubahan sosial. Ia menganjurkan untuk keluar dari pemikiran abstrak dan melakukan riset dengan melakukan eksperimentasi dan analisis perbandingan sejarah. Comte pada intinya berargumentasi bahwa gagasan terdahulu yang mendasari pengembangan struktur masyarakat maupun negara, atas dasar pemikiran spekulatif, sudah tidak releven dengan adanya teori positivistik. Dalam logika Comte sejarah manusia adalah perkembangan bertahap dari cara berfikir manusia itu sendiri. Dengan berargumen bahwa dengan pemikiran empirik rasional dan positiv maka manusia akan mampu menelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif melainkan secara konkrit, pasti bahkan mutlak kebenaranya.
INTERPRETIVISME
Paradigma Interpretivisme diturunkan dari Germanic Philosophical Interests yang menekankan pada peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman. Paradigma ini menggunakan cara pandang para nominalis dari paham nominalism yang melihat teori dan praktik akuntansi sebagai sesuatu yang tidak lain adalah label, nama, atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas.
Pokok pikiran filsafat beraliran interpretivisme diantaranya adalah sebagai berikut:
•    Tidak ada tindakan irasional, semua rasional bagi pelaku.
•    Orang bertindak tidak lepas dari makna yang mereka miliki .
•    Pemaknaan/penilaian setiap orang berbeda karena memiliki dunia makna yang berbeda.
•    Dunia makna setiap orang ditentukan oleh pengalaman.
•    Sesuatu yang terjadi adalah prosuk pengalaman.
•    Satu-satunya makhluk yang bebas menciptakan adalah manusia.
•    Manusia selalu dalam proses menjadi “sesuatu”.
TEORI KRITIS
Teori kritis adalah anak cabang pemikiran marxis dan sekaligus cabang marxisme yang paling jauh meninggalkan Karl Marx (Frankfurter Schule). Cara dan ciri pemikiran aliran Frankfurt disebut ciri teori kritik masyarakat “eine Kritische Theorie der Gesselschaft”. Teori ini mau mencoba memperbaharui dan merekonstruksi teori yang membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Ciri khas dari teori kritik masyarakat adalah bahwa teori tersebut bertitik tolak dari inspirasi pemikiran sosial Karl Marx, tapi juga sekaligus melampaui bangunan ideologis marxisme bahkan meninggalkan beberapa tema pokok Marx dan menghadapi masalah masyarakat industri maju secara baru dan kreatif.

Teori Kritis menjadi disputasi publik di kalangan filsafat sosial dan sosiologi pada tahun 1961. Konfrontasi intelektual yang cukup terkenal adalah perdebatan epistemologi sosial antara Adorno (kubu Sekolah Frankfurt - paradigma kritis) dengan Karl Popper (kubu Sekolah Wina - paradigma neo positivisme/neo kantian). Konfrontasi berlanjut antara Hans Albert (kubu Popper) dengan Jürgen Habermas (kubu Adorno). Pembebasan manusia dari segala belenggu penghisapan dan penindasan berangkat dari konsep kritik. Konsep kritik sendiri yang diambil oleh Teori Kritis berangkat dari 4 (empat sumber) kritik yang dikonseptualisasikan oleh Immanuel Kant, Hegel, Karl Marx dan Sigmund Freud. Kritik dalam pengertian pemikiran Kantian adalah kritik sebagai kegiatan menguji kesahihan klaim pengetahuan tanpa prasangka. Kritik dalam pengertian Hegel didefinisikan sebagai refleksi diri atas tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri-rasio dalam sejarah manusia. Kritik dalam pengertian Marxian berarti usaha untuk mengemansipasi diri dari alienasi atau keterasingan yang dihasilkan oeh hubungan kekuasaan dalam masyarakat. Kritik dalam pengertian Freudian adalah refleksi atas konflik psikis yang menghasilkan represi dan memanipulasi kesadaran. Adopsi Teori Kritis atas pemikiran Freudian yang sangat psikologistik dianggap sebagai pengkhianatan terhadap ortodoksi marxisme klasik.

Berbeda dengan pendahulunya, Habermas optimis bahwa usaha manusia untuk menjadi rasional akan membuahkan hasil yang positif. Baginya manusia dapat melakukan emansipasi dan lepas dari irasionalitas. Ia membuat terobosan bagi kemacetan Teori Kritis dengan menunjukkan jalan yang tak terlihat oleh para pendahulunya.

POSTMODERNISME
Awal abad 20. Merupakan suatu aliran alternatif yang menawarkan style karya dan pemaknaan yang keluar dari pakem konservatif dan sebagai bentuk pemikiran yang kontradiktif terhadap peradapan hasil bentukan zaman pencerahan. Postmodernisme ini menekankan untuk kembali pada nilai- nilai lama.
Gagasan Utama: 
  • Skeptisisme terhadap gagasan yang di bawa oleh peradaban modern;
  • Keyakinan bahwa segala bentuk komunikasi adalah hasil bentukan dari bias-bias cultural;
  • Pemaknaan dan pengalaman diciptakan oleh individu;
  • Dominasi media massa;
  • Globalisasi sebagai bentuk masyarakat yang memiliki pluralitas budaya dan nilai yang saling terhubung.
 Tokoh-tokohnya: 
  • Michel Foucault berangkat dari strukturalisme namun pada saat yang sama dia juga menolak (melawan) strukturalisme, dan menyadari bahwa sebuah pengetahuan didefenisikan dan dirubah oleh operasionalisasi sebuah kekuasaan (power) ;
  • Jean-François Lyotard menekankan pada peran dari naratif dalam kebudayaan manusia, yang dapat membuat suatu perubahan saat memasuki situasi posmodern, dan dia meyakini bahwa suatu kebenaran merupakan hasil kesepakatan, sehingga tidak ada hal yang benar-benar mendasari suatu kebenaran (anti-foundationalist) dan terkenal dengan language games-nya.
  • Jacques Derrida (1930) terkenal dengan dekonstruksinya. Pada awalnya adalah penemu dan penganut awal dekonstruksi. Dekonstruksi merupakan analisis tekstual yang dapat diterapkan dalam berbagai tulisan, dimana dia menganggap filosofi tidak lebih dari sebuah literatur yang kreatif. Menurutnya filosofi adalah bagian yang paling penting dari sebuah tulisan, tergantung pada sebuah operasionalisasi ekspresi imajinatif
PROPHETIVISME
Paradigma prophetivisme adalah aliran filsafat baru, namun terimplementasikan pada kehidupan masyarakat sudah lebih ratusan tahun, hanya saja mendapatkan tempat sebagai sebuah aliran filsafat pada masa kini.  Prophet artinya utusan/nabi/rasul, pada umumnya dikenal dengan filsafat kenabian. Sebagai landasan dalam berparadigma prophetivisme ini adalah wahyu yang dibawa Nabi atau prophet, dalam Islam secara otomatis berlandaskan al-Qur’an dan tujuannya adalah pencapaian kesempurnaan dengan tuntunan Allah SWT melalui nabi/prophet. Dengan pema’naan demikian, dapat difahami bahwa segenap perilaku kehidupan manusia berlandaskan aturan-aturan yang ada dalam al-Qur’an.

Dalam aliran ini, Allah SWT sumber kebenaran dan kebenaran yang ada pada manusia adalah bersifat relative sebagaimana pemaknaan kata AKU (Allah) kebenaran yang sempurna dan aku (Manusia) kebenaran yang relative.